Yang Mulia Luangpu Pramote Pamojjo
16 Februari 2020
Alih Bahasa: Shi Ne Ling|Kutipan dipilih oleh Sati Home

Untuk keluar dari samsāra (lingkaran kelahiran dan kematian),
pertama-tama kita harus melihat—
bagaimana samsāra itu adalah suatu bahaya.
Penjahat hanya membunuh kita sekali,
lalu kita pun mati.
Tapi samsāra membunuh kita berkali-kali,
tanpa ujung dan tanpa henti.
Untuk bisa melihat bahaya samsāra,
kita harus lebih dulu memahami
apa sesungguhnya mudarat yang dikandungnya.
Terus-menerus terlahir dan mati tanpa akhir—
itulah bahaya paling menakutkan dari samsāra.
Yang lebih menakutkan lagi adalah,
samsāra menutupi kita dari melihat kebenaran,
menutupi kita dari mengetahui penderitaan (dukkha).
Seperti kita manusia,
saat mengalami penderitaan,
kita pun bertekad,
“Mulai sekarang,
aku tak akan melakukannya lagi.”
Seperti seorang wanita saat melahirkan—
ia merasa sangat sakit dan berkata,
“Aku tak mau punya anak lagi.”
Tapi tak lama kemudian, ia hamil lagi.
Ia lupa.
Saat mengalami penderitaan,
penderitaan itu cepat sekali dilupakan.
Maka kita tidak pernah sungguh-sungguh merasakan bahwa
samsāra ini begitu penuh penderitaan—
karena kita melupakannya.
Saat kita sakit parah dan meninggal,
lalu lahir kembali,
kita pun melupakan penderitaan yang telah kita alami sebelumnya.
Inilah yang membuat samsāra menjadi bahaya paling menakutkan:
ia menutupi penderitaan dengan begitu rapat dan kuat.
Kita tidak mampu melihat—
bagaimana samsāra ini membawa penderitaan kepada kita.
Itulah sebabnya Sang Buddha mengajarkan Dhamma yang berbalik arah dari samsāra—
melawan arus kelahiran dan kematian.
Samsāra menyembunyikan penderitaan,
tapi Sang Buddha mengungkapkannya agar kita dapat melihat dukkha—
Beliau mengajarkan kita untuk mengetahui dukkha.
Jika kita tidak mengetahui dukkha,
kita tak akan pernah memahami Dhamma—
dan kita akan terus tersesat dalam samsāra tanpa ujung.
Mengetahui dukkha itulah yang disebut sebagai praktik vipassana.
Untuk mengetahui dukkha,
kita harus memahami fenomena materi (rūpa) dan fenomena batin (nāma).
Karena yang disebut dukkha, sesungguhnya,
adalah rūpa dan nāma itu sendiri.
Pernyataan dari Shi Ne Ling:
Meskipun kami telah berusaha sebaik mungkin, terjemahan ini mungkin belum sepenuhnya mencerminkan makna mendalam dari ajaran Luangpu. Apabila terdapat kekeliruan atau kekurangan, sepenuhnya merupakan tanggung jawab kami.
Terjemahan Mandarin:
Terjemahan Inggris: